Rasionalisasi kecemburuan

Oleh: Raja Cahaya Islam

Cinta itu irrasional, tak dapat diukur.
Problem yang kerapkali muncul dalam cinta adalah kecemburuan.Kecemburuan bisa diterjemahkan sebagai perasaan yang resah, dan merasa sesuatu yang dicintainya itu akan hilang atau lepas dari sang subjek pecinta (terlepas, apakah benar-benar akan terjadi atau tidak).
Biasanya kecemburuan muncul karena akal tak bisa mengukur cinta. Maksudnya, akal tak bisa menilai apakah yang dicintainya itu berbalik mencintainya atau tidak sama sekali.
Lalu apa yang terjadi? Penilaian pun lari kepada hal yang nampak. Dan penampakan yang muncul (setelah diindrai tentunya) dalam akal, dijadikan sebagai penilaian akhir sang subjek pencemburu.
Jadi kecemburuan muncul, kadangkala, bukan dari ketakpercayaan. Tapi penilaian dari yang nampak.
Diambil dari: www.quora.com
Mari kita perdalam lagi bagaimana ini terjadi. Sebagaimana disepakati,  akal tak mampu menjangkau wilayah cinta. Wilayah ini boleh dikata, sangat subjektif (hanya 'seorang' saja yang paham kondisi dirinya). Maka dari itu wajar saja sang subjek merasa cemburu. Karena bagaimana mungkin dua entitas subjek dapat melintasi entitas subjek lainnya? Karena yang memahami cinta (dalam konteks subjektif) hanya dapat dirasakan oleh 'diri'nya sendiri. Pada akhirnya, alih-alih memahami hati ke hati (paham kondisi yang lian).
Konsekuensinya malah jadi kecemburuan. Karena tak ada yang menjembatani wilayah subjektif. Dalam artian tak ada interkoneksi antara dua orang subjek (untuk memahami).
Maka yang jadi jalan akhir adalah penilaian dari suatu yang nampak. Maka kecemburuan muncul.

Comments

Popular posts from this blog

Berserk, Shingeki No Kyojin dan Kerancuan Agama

Fragmen #3 Dialog dan Anti-dialog

Review Buku: Filsafat Wujud Mulla Sadra