Fragmen #6 Tentang Kejenuhan
![]() |
Gambar diambil dari: https://www.saatchiart.com/art/Drawing-A-Gold-and-Onyx-Earring/406110/1516831/view |
Kejenuhan ini--aku yakin--bagiku berasal dari rutinitas yang aku jalani secara mekanik. Maksudku, setiap hari aku mesti melakukan aktifitas yang itu-itu saja, tak ada perubahan, tak ada inovasi. Aku lelah dengan aktivitas ini. Aku ingin lepas dari rutinitas ini. Oh, entahlah aku juga bingung apa yang harus aku lakukan.
Aku bingung lantaran tak bisa lepas dari pola hidup ini. Mengapa? Setelah menyelesaikan studiku di Jurusan Filsafat, aku kebingungan akan melakukan aktifitas apa. Modal tak punya, keahlian praktis pun bisa dibilang kurang memadai. Oleh karenanya, cukup sulit bagiku untuk bisa survive setelah lulus kuliah. Ditambah, aku belum mendapatkan ijazah kelulusanku. Ah, begitu sulitnya menjalani hidup di dunia yang kurang menerima orang-orang yang mengenyam ilmu murni sepertiku. Tapi bukan hanya aku, kawan-kawanku juga seperti itu, sepertinya mereka juga pernah, sempat atau bahkan sedang mengalami kebingungan yang sama seperti diriku; atau mungkin juga tidak.
Jujur, aku orang yang tidak bisa untuk tidak produktif. Aku adalah orang yang ingin senantiasa melakukan aktifitas, apapun bentuknya. Nah, setelah aku selesai menyelesaikan sidang skripsi di kampus, kini aku tak memiliki aktifitasku seperti biasanya. Ketika masih kuliah, tentu saja aktifitasku adalah duduk di ruang kelas dan mendengarkan dosen berceramah, setelah itu kita berdiskusi tentang persoalan-persoalan hidup (ya, filsafat memang berbicara itu). Kemudian, setelah itu aku biasanya melakukan diskusi, dan sesekali menulis tulisan-tulisan pendek atau artikel terkait apa yang aku pelajari. Setelah selesai sidang skripsi, kini aktifitas itu hilang.
Di dalam penantian menunggu ijazah inilah yang membuatku frustasi. Frustasi lantaran aku meninggalkan aktifitas itu. Dan parahnya, yang lebih membuatku frustasi adalah, tuntutan produktifitas dari lingkungan sosio-kulturalku. Kalian mungkin tahu, di zaman ini, atau mungkin di ruang waktu yang aku tempati ini, yang disebut dengan produktif adalah menghasilkan uang. Sedangkan yang tidak menghasilkan uang, sederhana saja, ia disebut tidak produktif! Ini sungguh membuatku frustasi, sangat-sangat frustasi.
Karena apa? Aku juga bingung harus apa. Dengan berbekal ilmu yang telah aku lahap di bangku kuliah, aku mesti melakukan apa? Coba kita pikirkan, apakaha ada perusahaan yang mempertimbangkan ilmu yang aku punya? Mungkin, bos-bos di suatu perusahaan akan bertanya: "Filsafat? Apa itu nak? Terus, untuk apa?" Dengan disodori pertanyaan itu, aku mesti menjawab apa?
Teman-temanku mendorongku untuk melanjutkan studiku ke jenjang lebih tinggi, yakni S2. Pertanyaanya kemudian, dari mana aku memiliki modal untuk melakukan studi tersebut? Kawan-kawanku selalu menyarankan: "Ambil dan carilah beasiswa" Tapi, letak persoalannya tidak sesederhana itu. Beasiswa yang digelar oleh instansi manapun, yang menjamin bebas biaya bagi para mahasiswa, hanya menyodorkan beberapa jurusan terpilih. Maksudku, beasiswa tersebut hanya diperuntukan bagi jurusan-jurusan tertentu. Lalu, soalnya adalah apakah ada beasiswa bebas biaya bagi jurusan Filsafat? Jarang!
Jadi jika ingin melanjutkan studi, aku mesti memiliki modal. Modalku dari mana? Aku benar-benar malu jika harus meminta orang tuaku untuk modal kuliah. Ditambah orang tuaku menyarankan aku untuk bekerja dan menikah terlebih dahulu sebelum melanjutkan kembali studiku.
Akhirnya, sekarang aku bekerja. Dan inilah titik kejenuhanku, yakni mesti bekerja setiap hari dengan pola itu-itu saja. Bagaikan robot. Aku mesti bekerja jam 8 pagi, lalu pulang bekerja pada pukul 5 sore. Sebenarnya setelah bekerja, aku ingin sekali melakukan aktifitas saat aku kuliah dulu, yakni membaca, berdiskusi dan juga menulis. Tapi apa daya, setelah bekerja selama 9 jam, tubuhku menuntutku untuk beristirahat. Jadi? Akhirnya aku mesti tidur. Lagi pula, aku juga mesti istirahat dengan cukup, karena besok aku mesti bekerja kembali, tenggelam dalam rutinitas itu lagi.
Oh ya, aku belum menceritakan apa yang aku kerjakan, mungkin singkat saja: pekerjaanku sama sekali tidak berkaitan dengan jurusanku di universitas, tak ada kaitannya dengan minatku, tak ada kaitannya dengan hobiku.
9 Agustus 2017
Comments
Post a Comment