Fragmen #16 Mereka yang tak Paham Layla Majnun

Kisah Layla Majnun, kisah cinta sejati yang tak akan pernah sirna oleh waktu. Aku benar-benar terkesan dengan cerita itu. Kisah dua insan yang menjalin asmara, namun terpisahkan. Mereka setia satu sama lain. Entah kenapa, aku tergila-gila dengan cerita itu. Bahkan, aku sangat ingin mengalami cinta yang dialami tokoh cerita tersebut. Ya meskipun aku juga tak ingin mengalami persis, apa yang mereka alami (dipisahkan, tak disetujui, terhinakan).
Di sini aku akan berbagi cerita, semacam monolog dengan Laylaku, yang entah di mana.
***
Layla, aku berharap menemukan sosokmu di duniaku, perempuan cantik yang mampu mencinta dengan teguh. Perempuan berpipi merah, yang menyerahkan jiwa raganya kepada cinta. Rambut indahmu, mencerminkan cintamu: terurai panjang, seakan tak mengenal batas, terus memanjang dari waktu ke waktu, terus menerabas segala horizon yang mengerangkeng. Layla, cintamu kepada Majnun, tak akan pernah luruh, meskipun raga tak menyetujui, walaupun sang jarak selalu mencemburui.
Aku belum menemukannya, Laylaku belum ada. Entah sedang di mana. Tapi aku yakin roh Layla akan bermukim di dalam tubuh dan daging seseorang yang aku nanti. Tapi entah siapa.
Beberapa waktu yang lalu, aku telah tertipu oleh fatamorgana Layla. Aku pikir, telah menemukan Laylaku, sang bulan purnama setia, tapi sosok yang aku jumpai hanyalah ilusi, penipu ulung yang menyamar sebagai Laylaku.
Laylaku, engkau di mana? Aku menunggumu, apakah kau masih malu menampilkan dirimu? Tenang saja, aku akan menerimamu apa adanya. Layla, aku tahu kau laiknya merpati, yang berharap ditangkap namun tak ingin disakiti. Laylaku, bumi telah kehilangan mataharinya. Kini Bumi telah kalap, kehilangan arah, ia disergap kegelapan setiap hari, itu pun kalau masih ada hari. Bumi kebingungan: "Kemana aku harus berputar?" Ucap bumi. Akhirnya Bumi menangis, karena tak tahu arah, tak tahu tujuan. "Lantas untuk apalagi aku berputar?" Tanya bumi sambil termangu, meratapi nasib kehilangan patokannya. Tahukah kau Layla, bahwa bumi itu adalah aku? Kau adalah matahari. Matahari yang belum ada. Entah di mana.
Layla, meskipun kau tak berada di sini, aku akan menceritakan suatu hal.

Comments

Popular posts from this blog

Berserk, Shingeki No Kyojin dan Kerancuan Agama

Fragmen #3 Dialog dan Anti-dialog

Review Buku: Filsafat Wujud Mulla Sadra