Fragmen #21

Kau tahu wahai malam, bahwa aku mencintaimu. Aku sangat-sangat mencintaimu. Tapi aku tak pernah tahu apa alasannya. Kau begitu cantik dengan kegelapanmu, kau begitu menawan dengan bintang-bintangmu. 
Wahai malam, semilir angin yang kau kirimkan kepadaku aku terima degan suka hati. Kegelapanmu yang membutakan selalu menemaniku setiap hari.
Malam, jangan pernah kau pergi lagi. Jangan pernah, karena aku selalu menunggumu. Aku benci Siang. Ia selalu membuatku melihat segalanya. Ia memperlihatkanku kebiadaban dan kerakusan. Ah, dia begitu tega memperlihatkan kengerian itu setiap hari. Tapi, kau duhai Malam, selalu menutupi kejelekan-kejelekan itu. Aku yakin, kau melakukan itu karena kau begitu mencintaiku. Kau begitu menyayangiku, sampai-sampai kau tutupi segala kemunafikan dunia. Membuat seluruh penduduk semesta ini lelah dan terlelap tidur. 
Siang, aku akan selalu mengutukmu. Kau malah memberiku ketersingkapan itu. Kau malah membuat semua orang bangun. Padahal kau kan tahu, hanya sedikit orang saja yang baik. Sisanya? Orang-orang jahat. Malam telah memberikan aku ketenangan, rehat, dan kelupaan akan kesedihan yang mencekam. Tapi kau malah memberiku sebaliknya. 
Malam, aku minta padamu, bolehkah kau bertahan lebih lama dibanding Siang? Bolehkah? Aku mohon kepadamu. Karena aku begitu mencintaimu Malam. Siang selalu menggangguku. Malam, bagaimana? Kau mau terima tawaran ku? Sebagai gantinya aku akan menyerahkan jiwa ragaku untukmu. Aku akan senantiasa tidur di bawah kakimu, dan kau bebas melakukan apapun kepadaku. 
Malam, aku mulai mengantuk, tolong jaga diriku, agar Siang tak mendekat. Aku masih memusuhinya, bahkan aku akan selalu memusuhinya.
Malam, aku cinta padamu.

Comments

Popular posts from this blog

Berserk, Shingeki No Kyojin dan Kerancuan Agama

Fragmen #3 Dialog dan Anti-dialog

Review Buku: Filsafat Wujud Mulla Sadra