Fragmen #22 Aku Sang Pemuja Kecantikan

Taukah kau, bahwa aku adalah sang pemuja kecantikan dan keindahan. Aku adalah orang yang hanya memuja kesempurnaan dan keeksotisan. Aku hanya memuja kesimetrisan.
Tapi, meskipun aku memuja kesempurnaan, aku memberi kesempatan kepada hal-hal yang chaos untuk turut serta bergabung dalam dramaku. Bolehlah sekali-sekali mereka tampil, tapi mereka tak boleh berlama-lama. Mereka hanya diberi waktu barang sebentar saja.
Wajah. Kau tahu, aku mencintai wajah. Wajah yang sempurna, tak tergores sedikitpun. Wajah yang menunjukkan keasilan. Wajah yang rupawan karena ia simetris.
Cantik itu relatif! Itu kata orang. Ah itu hanya omong kosong, mimpi di siang bolong. Cantik itu absolut! Cantik itu tak mungkin berbohong ketika ia menampakkan dirinya. Itulah kesempurnaan, kerupawanan. Ia dapat dihitung secara matematis. Ia merupakan  wajah yang tertata dengan rapi, terlukis dengan garis-garis lurus berikut lengkungan yang baik.
Keindahan yang mewajah. Barangkali itu kata yang tepat diucapkan. Kemewajahanlah yang aku puja. Fenomena kemewajahan itu hanya muncul di dalam tubuh-tubuh yang pas, juga termanifestasi dalam wajah-wajah (yang bersifat fisik) yang cocok. Ia tak mungkin muncul di dalam chaotisme.
Kau tahu, ragam keindahan dan kesempurnaan itu terengkuh secara serentak, di dalam kata Cantik. Itulah yang aku maksud, bahwa cantik itu absolut. Cantik itu hadir, berbarengan dengan tubuh-tubuh. Kemudian ia mewajah, dan menampakan dirinya kepada kita.
Akulah sang pemuja kecantikan.

17 Oktober 2017

Comments

Popular posts from this blog

Berserk, Shingeki No Kyojin dan Kerancuan Agama

Fragmen #3 Dialog dan Anti-dialog

Review Buku: Filsafat Wujud Mulla Sadra