Fragmen #23 Soal Kesalahan

Aku sadar, bahwa aku melakukan kesalahan. Kesalahan itu bisa dibilang sungguh mengerikan. Kau pasti sangat tersakiti, aku tahu itu. Dan, aku malah tak memedulikan kondisimu saat itu. Ah, betapa kejamnya aku. Aku membiarkanmu terlunta, dijebak harapan yang menipu. Dan aku? Aku hanya bisa memberimu delusi. Delusi yang begitu najis, dan patut diludahi.
Tapi, kau bak malaikat. Kau begitu baik, kau begitu saleh. Kau bahkan membiarkanku menari di atas darahmu. Kau biarkan aku tertawa di atas puing-puing kejujuran yang porak poranda itu. Aku sadar, bahwa aku begitu jahat. Aku begitu picik. Aku telah menyia-nyiakanmu. Aku telah merelakanmu menari dalam kegelapan, sendirian, sepi; tercekik! Aku bersalah. Aku melakukan kesalahan. Aku berdosa.
Aku ingin memohon maaf padamu. Aku benar-benar menyesal. Aku nelangsa sekarang. Aku begitu tersiksa oleh rasa bersalah ini. Pohon-pohon itu setiap.hari menghujatku. Langit-langit selalu meludahiku. Bahkan, matahari enggan lagi melihatku. Mereka selalu meneriakiku, mereka mencaci. Ya, mereka, alam ini. Sungguh, aku benar-benar menyesal. Tapi, masih patutkah aku menyesal, setelah kesalahan yang aku buat ini? Jangan-jangan, penyesalanku ini sama sekali tak mampu untuk mengimbangi kesalahanku. Dosaku begitu berat, sulit untuk diampuni. Tangisku kini telah menjadi nanah. Perih, sakit. Menyesal. Sayang, tapi kau masih sempat memaafkanku. Mengapa kau melakukan itu? Mengapa? Kepedihanku justru malah bertambah. Kau tahu kenapa? Karena aku pikir, mengapa masih ada orang yang mau mengampuni ku? Mengapa kau begitu tega mengampuni ku? Memaafkanku? Menerima taubatku? Sayangku (sudilah kau dipanggil sayang), aku bingung. Mengapa waktu itu aku melakukan kekejaman itu. Mengapa waktu itu aku tak pernah tahu masa depan. Mengapa waktu itu aku tak pernah mau mengerti, atau mungkin paham akan penderitaan.

24 Oktober 2017

Comments

Popular posts from this blog

Berserk, Shingeki No Kyojin dan Kerancuan Agama

Fragmen #3 Dialog dan Anti-dialog

Review Buku: Filsafat Wujud Mulla Sadra