Fragmen #32 Candu Keriangan
Apa yang lebih puitik dibanding, aku mencabik dagingmu, mengucurkan darahmu, lalu tertawa di atas bangkaimu?
Apa yang lebih indah dibanding, aku mencabut kukumu satu persatu, lalu menangis bersamamu diiringi rintihan kesakitanmu?
Apa yang lebih merdu dibanding, jeritan kesakitanmu ketika kulitmu aku kerlupas inci demi inci?
Keriangan itu hilang, ketika kau kembali utuh. Sempurna tanpa goresan secuilpun.
Kebahagiaan itu hilang, ketika kau tiba-tiba tersenyum lalu meninggalkan aku begitu saja. Terlunta, sendirian, digerogoti sepi.
Apakah kau tak mau menemaniku lagi, dengan jerit dan tangis itu, agar aku tak merasa kesepian?
19 November 2017
Comments
Post a Comment