Fragmen #39 Rakyat Cinta Tuan
Suatu ketika para rakyat nampak sedang menelanjangi diri,
Mereka menguliti kulit-kulitnya,
Meremukan tulang mereka satu persatu,
Lalu memerah darah-darah mereka sampai habis,
"Bekerja itu sangat baik saudara-saudara ku. Menganggur adalah penyakit. Maka bekerjalah dengan sungguh-sungguh" ujar sang tuan,
Wajah-wajah malang itu bekerja seharian,
Dibuat lupa ruang dan waktu,
Dibuat amnesia,
Syahdan rakyat-rakyat itu disuruh memakan tainya sendiri,
Meminum dahaknya sendiri,
Menjilati telapak kaki mereka laiknya es-krim,
"Bukankah ini adil? Itulah upah bagi kalian saudara-saudaraku",
"Aku jamin, bahwa kalian akan memakan tai kalian hari ini dan seterusnya",
"Aku jamin, bahwa kalian akan meminum dahak dan ingus kalian",
Begitulah ucap sang tuan
Rakyat-rakyat itu kelu mendengarnya,
Takjub akan kebaikan sang tuan,
Lalu para rakyat pun berpesta pora akan upah dan jaminan yang mereka dapat,
Dan mereka berdoa agar sang tuan diberi kemuliaan,
Sang tuan pun tertawa mendengar rakyatnya bahagia,
Ia menari-nari bagaikan burung merak,
Berputar-putar,
Berlari kesana-kemari,
"Tapi mengapa sang tuan tak memakan kotorannya sendiri?",
"Mengapa sang tuan tak bekerja?",
"Mengapa sang tuan diam saja tapi mendapat untung?",
Tanya para Rakyat bingung,
Sang tuan masih menari,
Bernyanyi dan melolong-lolong,
Tak peduli dengan pertanyaan-pertanyaan itu,
Sedangkan para rakyat masih menyimpan tanya,
9 Desember 2017
Comments
Post a Comment