Jalan-jalan ke Taman Sari Bandung

Sebenarnya saya bukan orang suka jalan-jalan, atau pergi kentempat jauh. Saya lebih menyukai diam di rumah, dan menghabiskan hari dengan membaca buku, menonton film atau memainkan permainan di gawai saya. Entah apa sebabnya sehingga saya begitu malas untuk pergi ke luar rumah. Jadi wajar saja, jika kawan-kawan menyebut saya si anak rumahan.
Tapi, barangkali bukan anak rumahan juga sih, karena saya pun sering pergi ke luar. Mungkin memang agak sedikit kontradiktif ketika di awal saya bicara bahwa saya tak suka ke luar rumah. Misalnya ke kampus, atau ke tempat kos-kosan kawan-kawan kampusku. Barangkali, lebih cocok jika dikatakan bahwa saya lebih nyaman 'berdiam diri' di tempat-tempat yang biasa saya kunjungi. Zona nyaman tepatnya. Jika kalian coba memperhatikan keseharian saya, maka kalian akan tahu pola gerak saya. Dan saya juga yakin, kalian akan merasa bosan jika kalian melakukan persis apa yang saya lakukan; itu juga mungkin, karena mungkin juga ada yang memiliki pola yang sama.
Tapi beberapa minggu yang lalu (terhitung dari tanggal 24 Desember 2017), saya tiba-tiba ingin pergi ke luar rumah atau zona nyaman itu. Tepatnya sewaktu di kampus, ketika saya sedang mengikuti acata diskusi musikal, kawan-kawan yang ada di sekitar saya tiba-tiba rusuh tak karuan. Tapi, bukan rusuh ala suporter sepakbola yang saling banu hantam ketika tim andalannya kalah, sama sekali bukan. Tapi, ya semacam mengalami kegelisahan.
Ketika aku hampiri mereka, dan mencoba bertanya ada apa. Mereka menjawab, sedang terjadi penggusuran di area Taman Sari. Untuk saya sendiri, saya tak tahu kalau di Tamansari memang ada penggusuran. Jujur, saya baru tahu waktu itu. Akhirnya, saya pun penasaran.
Ketika kawan-kawan hendak pergi ke lokasi penggusuran, saya pun meminta izin kepada mereka, agar saya bisa diizinkan ikut. Tanpa basa-basi mereka langsung mengiyakan, dan kita pun bergegas pergi ke tempat tersebut.
Sekarang saya berpikir, untuk apa juga saya meminta izin?
***
Setibanya di tempat lokasi, ada alat berat berdiri di depan lokasi pemukiman warga. Jika dilihat, memang lokasinya cukup kumuh. Indikasinya... Kau tahu sendiri tempat kumuh macam apa. Lokasi tak tertata dengan rapih, banyak bangunan yang nampak cukup tua dan mesti diganti, cat tembok beberapa rumah yang sudah luntur, warna bangunannya sudah tak karuan.
Alat berat itu tak bergerak, mematung tak berdaya ditunggangi massa yang marah. Mereka marah karena aksi penggusuran itu dilakukan searah, dalam arti (konon menurut penuturan beberapa saksi) belum ada kesepakatan antara dua belah pihak, yakni dari pihak penggusur atau pe-relokasi dan pihak yang digusur atau warga.
Para warga tak diberi kesempatan untuk memutuskan nasibnya sendiri. Mereka juga, konon, bilang bahwa ada beberapa persyaratan yang belum diselesaikan dengan tuntas, misalnya AMDAL.
Jika dipikir, memang hal ini merupakan pelanggaran. Tapi, saya sendiri, sebagai orang awam belum paham betul dengan beberapa masalah yang terhampar. Hanya saja, saya turut prihatin jika memang benarlah tuturan dari beberapa warga.
Massa yang menduduki Kobelko atau alat berat itu, tetep keras kepala enggan untuk mengalah pada pihak perelokasi. Mereka tak mau jika segalanya belum diselesaikan dengan tuntas.
Massa itu terdiri dari mahasiswa dan warga setempat yang menolak direlokasi atau digusur. Disela-sela, pendudukan itu ada warga dan juga mahasiswa yang berorasi, dan ada juga yang membacakan beberapa bait puisi. Mereka meneriakan dengung-dengung perlawanan, bahwa mereka enggan untuk tunduk. 
Saya hanpir lupa menggambarkan lokasinya dengan gamblang. Lokasinya tepat di bawah jembatan layang Pasopati di Bandung. Awalnya aku pikir di bawah jembatan itu tak ada pemukiman. Tapi ternyata di bawahnya berserakan pemukiman warga yang kumuh tadi.
Lokasi penggusuran itu juga terletak di belakang pusat perbelanjaan atau mall Balubur Town square, yang cukup terkenal di Bandung. Jadi jika kalian hedak memasuki kawasan warga, kalian mesti melewati area lahan parkir tepat di sebelah mall tersebut, lalu kalian nanti akan mendapati tempat Ibadah umat Muslim. Lalu, kalian mesti memasuki gang yang kecil di belakang masjid tersebut, dan akhirnya kalian akan menemukan lokasi tersebut. Oh ya, dan juga kalian akan melewati beberapa jongko dan warung-warung kecil. Sekali lagi aku katakan, tempatnya cukup kumuh.
***
Teriakan perlawanan terus bergemuruh sampai sore hari, tepatnya sampai adzan Maghrib berkumandang. Aku kira, akan terjadi bentrokan dan semacamnya. Tapi untungnya hal tersebut tak terjadi sama sekali. Aksi demontrasi berjalan dengan cukup lancar. Dan para aparat yang hadir, tidak cukup rese pada saat aksi berlangsung. Mereka hanya diam di sudut lain, tepat di bawah tembok jembatan layang. Entah mengapa mereka diam saja, tapi kita coba berpikir positif bahwa mereka membiarkan massa berdemonstrasi. Ya, siapa yang tahu.

Comments

Popular posts from this blog

Berserk, Shingeki No Kyojin dan Kerancuan Agama

Fragmen #3 Dialog dan Anti-dialog

Review Buku: Filsafat Wujud Mulla Sadra