Fragmen #46 Mengejar Layla Bagian Vi

Aku melihatmu di ujung sana. Kau tengah asyik di antara hingar bingar kebimbangan. Kau nampak sedang asyik bercengkrama dengan gelap, menggauli bayang-bayang. Kau nampak menari-nari, tertawa, lalu melompat melewati dimensi-dimensi. Kau masih di sana, bahagia dikelilingi oleh sihir-sihir arkaik, yang menggelitikmu di setiap lantunan musik satanik.
Aku di sini, hanya mampu menatap bahagiamu Layla. Layla, seandainya aku di sana, aku akan menjadi lawan tarianmu. Mengapa lawan? Karena kau memang tak butuh seseorang untuk mengikutimu, kau hanya butuh lawan, untuk menyeimbangkan tarian kosmikmu. Takkan ada keseimbangan, jika satu di antara dua dimensi dunia hilang, laiknya takkan ada arus air tanpa riaknya, laiknya takkan ada laut tanpa goyangan ombak. Layla, kau nampak kesepian, masih rindukah kau denganku? Setelah sekian lama kita tak jumpa, hari ini kau sedang menggandrungi kegelapan. Tapi, kau masih tetap malaikatku. Malaikat yang riang, malaikat yang mampu tahan menghadapi absurditas dan kengerian dunia. Kau masih tangguh laiknya kristal, yang tak mungkin pecah dihantam palu godam. Semua itu masih tampak dari parasmu.
Tapi aku heran Layla, mengapa kau nampak sedang tersesat. Kau nampak diajak setan. Kau nampak sedang diseret kekacauan.
Apa yang mesti aku lakukan Layla? Aku hanya bisa pasrah padamu, aku hanya bisa patuh padamu. Karena kau nampak menikmati kegelapanmu itu, kau nampak riang berdansa dengan iblis. Tapi aku yakin kau tak apa-apa di sana. Aku mafhum bahwa kau baik-baik saja. Hanya saja Layla, aku sedang menerobos hutan mengerikan ini, aku hampir sampai di ujung hutan. Kau tinggal menunggu sebentar lagi. Kau bisa menyiapkan pesta untukku nanti. Hanya saja Layla, perjalananku nampaknya masih jauh, tapi tak begitu jauh. Aku hanya ingin kabur dari hutan brengsek ini. Hutan yang tak berujung ini. Aku hanya ingin lepas dari berhala-berhala yang berdiri di sudut-sudut hutan. Memang, hutan ini begitu bajingan. Tak berperasaan. Tapi Layla, aku bukanlah pendendam, aku tak akan menyalahkan hutan. Aku akan terus berjalan.
Layla tunggu aku, aku akan menyelamatkanmu dari ular berbisa itu. Ular itu nampak sangat mengerikan. Wajahnya, sisiknya, desisannya sangat menyeramkan. Mengapa kau tak sadar Layla? Mengapa kau tak tahu bahwa kau sedang bermain dengan ular iblis itu? Kau mestinya datang padaku, kau mestinya hadir di hadapanku. Tapi, Layla aku tak ingin memaksamu, aku tak ingin memperkosamu dengan desakan dan tuntutan. Ah, Layla aku terlalu banyak bicara, aku terlalu banyak membual. Yang mesti aku lakukan sekarang adalah berjalan, mencarimu melewati semak belukar dan duri dari bunga-bunga pemikat hasrat.

Comments

Popular posts from this blog

Berserk, Shingeki No Kyojin dan Kerancuan Agama

Fragmen #3 Dialog dan Anti-dialog

Review Buku: Filsafat Wujud Mulla Sadra