Fragmen #48 Sunyi

Kawan sejatiku adalah malam. Sahabat karibku adalah lampu jalanan. Saudaraku adalah kesunyian dan kesepian. Mereka selalu menyeka air mata, meskipun tanpa lengan dan tisu. Namun, belaian mereka begitu hangat, terasa di kedua pipiku yang basah.

Semilir angin selalu menghiburku, dengan bunyi siulan merdu, yang mereka mainkan ketika tahu bahwa tangisku tercekik di kerongkongan. Nyanyian mereka meredam kegundahan dan keresahan, akibat luka dari dunia yang kian hari makin menyiksa.

21 Januari 2018

Comments

Popular posts from this blog

Berserk, Shingeki No Kyojin dan Kerancuan Agama

Fragmen #3 Dialog dan Anti-dialog

Review Buku: Filsafat Wujud Mulla Sadra