Surat Untuk Layla

Untuk Layla, yang tak kunjung datang:

Layla, aku menghampirimu hari itu, dalam imaji lautan mimpi, yang tak pernah seorang pun menjamahnya. Tepat di hari gelap yang muram, kau berdiri tepat di tengah ruang hampa, menatap nyinyir kehidupan dengan wajah merona, menyibak misteri dengan sorot mata kebisuan.
Namun kegelapan dan kealpaan, tak mampu memudarkan cahaya dan terik kehidupan yang senantiasa memancar dari balik jubahmu. Kau memasang wajah getir, karena kasihan terhadap semesta yang selalu meminta-minta sebagian parasmu. Mereka iri kepadamu, karena aku tak kuasa menghentikan hasrat untuk menyatu denganmu. Tidak, aku tak pernah ingin memilikimu Layla, aku hanya ingin bersatu denganmu. Aku tak ingin merenggutmu dari dirimu sendiri, sekalipun dengan mengatas namakan cinta.
Kau adalah Mawar. Memetikmu berarti membunuhmu, membuatmu layu, membuatmu sekarat.
Aku hanya menghasrati titik entropi antara kau dan aku. Kau dan aku takkan mungkin menjadi kita, karena kau sendiri adalah aku. Aku adalah kau. Tak ada lagi batas atau dinding. Tak ada lagi identitas yang memilah. Kita bersatu padu, menjadi suatu hal yang tak tepermanai. Layla, ini bukan suatu kejumawaan atau semacam kedigdayaan. Ini hanyalah mimpi dari seorang yang menghasrati kebersatuan cinta. Ini hanyalah kerinduan pada kerinduan itu sendiri. Kau adalah rindu.
Layla, kau mungkin belum hadir hari ini, aku pun tak pernah tahu siapa dirimu. Apakah kau malaikat atau justru Iblis? Atau barangkali bukan keduanya? Atau justru kau adalah keduanya sekaligus? Aku tak pernah tahu, kau akan senantiasa menjadi yang tak ternamai, yang tak tersibak, dan sang misterius itu sendiri. Mungkin kau adalah sang Dewi topeng, yang begitu senang menari-nari di atas lautan cita dan nista. Kau mungkin adalah sang pedansa di tengah lautan kasih yang entah.
Layla, aku begitu rindu padamu. Tapi aku sadar, bahwa aku tak ingin segera bertemu denganmu. Biarkan aku terjerembab dalam lautan kerinduan, dilahap api kehilangan, ditelan ombak kepiluan, agar aku senantiasa merindukanmu di balik kecintaanku padamu.

18 Januari 2018

Comments

Popular posts from this blog

Berserk, Shingeki No Kyojin dan Kerancuan Agama

Fragmen #3 Dialog dan Anti-dialog

Review Buku: Filsafat Wujud Mulla Sadra