Tentang Keputusasaan

Akhirnya aku berpikir, bahwa titik nadir dari kealpaan harapan hidup, keresahan dan kegetiran paling ekstrem adalah, ketika kita menganggap bahwa orang lain biasa saja. Tak bernilai. Kosong. Nihil.

Akhirnya aku merasa, betapa salahnya ketika seseorang menganggap bahwa dirinya sedang resah, papa dan gelisah, tapi masih mengindahkan makna dari orang lain, meskipun makna itu mewujud dalam nilai yang negatif: penolakan, dibenci, dicurangi, dikhianati, ditipu...

Bagiku orang tersebut belum mencapai palung keputusasaan.
Titik keputusasaan menurutku berarti, sudah tak ada nilai apapun yang mewarta dalam dunia. Sudah tak ada lagi hamparan makna. Sudah tak ada lagi arti yang merebah.
Maksudku sudah tak ada nilai sama sekali! Nilai positif dan negatif tak bersisa. Semua sirna. Itulah titik keresahan dan keputusasaan yang paling dalam. Yang paling radikal. Yang paling mengkhawatirkan!

Sayangnya, orang masih menganggap bahwa kegetiran karena diasingkan dan dilecehkan orang lain adalah keputusasaan itu sendiri. Tapi, aku ingatkan, kau belum mencapai ke sudut itu. Hidup masih bermakna sejauh kau masih merespon dunia luar, orang lain, entah dalam ekspresi dan guaran apapun...

Comments

Popular posts from this blog

Berserk, Shingeki No Kyojin dan Kerancuan Agama

Fragmen #3 Dialog dan Anti-dialog

Review Buku: Filsafat Wujud Mulla Sadra