Posts

Showing posts from October, 2015

Refleksi atas Sunni dan Syi'ah

Image
Penulis selalu bingung dengan isu sektarian Islam. Yang sedang ramai diperbincangkan hari ini adalah Sunni vs Syi'ah. Mengapa sekte selalu dibedakan satu sama lain, maksud penulis dibedakan secara diskriminatif. Kedua sekte ini saling mengunggulkan tafsiran masing-masing dan menganggap benar keyakinannya, lalu menganggap yang lain salah. Mengapa keduanya tak diam saja dan fokuskan kajian mereka masing-masing, tanpa harus menyalahkan sekte lain. Mungkin akan ada yang berkata: "Ini persoalan kebenaran maka kita harus kritis". Memang demikian, tapi apakah kebenaran itu tak memiliki nilai etis?! Lalu akan ada yang menjawab: "Jujurlah walaupun itu pahit, ini kan sudah dijelaskan dalam hadist". Lalu bagaimana dengan hadist atau ayat lain yang menjelaskan tentang larangan menyakiti orang lain? Jika memang tetap kekeuh dengan dalih hadiat itu, maka penulis pun akan kekeuh dengan dalih hadist ini. Tak ada jalan keluar kan? Tentu ada, jalan satu-satunya adalah menolak...

Refleksi atas keraguan part 2

Apakah pengetahuan kita benar-benar telah menggambarkan kenyataan? apakah pengetahuan kita benar-benar terlepas dari diri kita, dan secara independet berada diluar jangkauan kita? Pertanyaan inilah yang benar-benar mengusikku. Dan apakah kita benar-benar bisa memiliki pengetahuan yang tak tergoyahkan? bahkan bagaimana posisi sains yang dianggap sebagai ilmu pasti? David Hume pernah berkata bahwa pengetahuan universal, dalam artian yang definitif itu tak pernah menyatakan kenyataan indrawi. Dan tak akan mungkin pernah merepresentasikan kenyataan secara pasti, meskipun kita telah melakukan observasi ribuan kali. Mengapa? Hume menggambarkan, ketika kita melihat A itu memiliki sifat x , lalu kita mengambil konklusi bahwa A pasti x. Hal ini menurut Hume, tak menggambarkan apa yang telah kita persepsi. Karena apakah mungkin penelitian selanjutnya, realitas akan menyatakan hal yang demikian? jawabannya, tidak pasti. Gagasan Hume menginspirasi Popper dalam menjelaskan sains, dalam kritikn...

Reflekai atas perjuangan

Image
Perjuangan merupakan bahasa yang seringkali terdengar dari orang-orang yang menuntut sesuatu. Mungkin klaim ini masih terlalu simplistis, namun penulis kira ini cukup untuk menggambarkan pembicaraan kita kali ini. Siapa yang tak pernah mendengar kata ini? Orang-orang yang tak pernah terlahir takkan pernah mendengar kata ini. Dan mereka adalah orang-orang yang beruntung, begitu ucap Soe Hok Gie. Mengapa dia berkata demikian? entah. Karena bagaimana mungkin kita tahu bahwa mereka merasa beruntung, atau barangkali orang yang tak pernah terlahir itu ingin sekali hidup, merasakan kesialan agar mengerti apa itu beruntung. Apakah Soe Hok Gie terlalu cepat mengambil kesimpulan? penulis tak tahu. Ternyata kata perjuangan hanya terdengar oleh orang-orang yang sial, jika kita mendasarkan diri pada pengertian Gie tentang manusia. Barangkali kita harus menyepakati pengertian ini. Karena perjuangan tak mungkin ada jika tak ada kekacauan, jika tak ada yang harus dituntut atau apapun. Karena penul...

Refleksi atas kullu nafsin dzaiqotul maut

Apakah kematian merupakan keniscayaan? atau bukan? mungkin kita akan menjawab dengan lantang, bahwa kematian itu merupakan keniscayaan. Dan dengan gerak cepat kita akan sodorkan ayat: " setiap yang bernyawa akan mati ". Doktrin ini sudah tak perlu dipertanyakan ulang kebenarannya, lebih jauh mungkin kita akan menjawab: "tak perlu dalil agamapun kita akan tahu bahwa semua ciptaan-Nya akan mati". Mungkin jawaban ini betul, atau bahkan bukan suatu kemungkinan lagi? Dari pernyataan dan dalil itu kita bisa ambil kesimpulan, bahwa tak ada yang qadim selain diri-Nya. Semua mahluknya adalah fana atau nisbi. Atau diksi apapun yang 'merendahkan' derajat mahluk-Nya. Lalu bagaimana kira-kira jika ada yang berkata: "kalau begitu batu itu kekal, karena ia tak bernyawa". Bukankah itu adalah suatu fakta, bahwa yang hidup hanyalah tumbuhan, binatang dan manusia? mineral, bintang dan batu-batuan itu tak bernyawa. Mungkin ini merupakan persoalan, atau bukan? D...

Refleksi atas keraguan part 1

Image
Hari ini tanggal 14 oktober 2015, pukul 22.57. Tiba-tiba saja terlintas dalam akalku pertanyaan yang aneh, yaitu: untuk apa aku hidup? Mungkin aku adalah orang yang, mungkin, sekuler. Karena aku selalu tidak puas jika pertanyaanku dijawab oleh landasan dalil agama. Aku tak menyukai sikap dogmatis, atau cukup menerima pernyataan yang ada dalam ajaran agama. Namun bukan berarti aku meragukan agama, karena jujur, aku adalah orang yang beriman. Namun, akalku tetap menolak untuk bersikap menelan mentah-mentah ajaran agama. Seolah ada 'sesuatu' yang menyuruhku untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku dengan argumentasi yang rasional. Kembali dengan pertanyaanku. Aku sebenarnya, pernah menjawab pertanyaan ini. Tapi aku akhirnya tak puas dengan jawabanku, sampai akhirnya aku memiliki hipotesa, bahwa hidup adalah kenihilan. Hidup itu tak ada apa-apa. Aku selalu mengira bahwa pencari kebenaran hanya menerjemahkan realitas sesuai dengan pandangannya. Karena pada nyatanya, ke...