Posts

Showing posts from July, 2016

Pura-pura mengabdi

Image
gambar diambil dari: theyouideology.com Oleh: Raja Cahaya Islam Purwakarta memang panas. Apalagi di hari jum’at—hari terpanas dalam seminggu, makin terasa saja kulit ini terbakar. Belum lagi, pabrik-pabrik yang berjajar di sekitar daerah X pun ikut andil dalam peningkatan suhu daerah Purwakarta. Bagi orang Bandung sepertiku, hawa seperti ini tidak membuatku betah. Namun apa daya, aku tak bisa meninggalkan tempat ini untuk sementara waktu. Ya, kurang lebih satu bulan aku mesti menetap di daerah ini, demi syarat kelulusan studiku di universitas. Benar, Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa namanya, atau disingkat KKNM. KKNM adalah ajang pengabdian seorang mahasiswa kepada masyarakat. Tahun ini, aku diutus menjadi salah seorang pengabdi. Pada hari kedua KKNM, yang masih tetap panas. Kami—para mahasiswa—dikumpulkan di bale Purwakarta. Bale tersebut bertempat di pusat kota—sekaligus tempat dimana Bupati bekerja. Bale tersebut ialah semacam rumah panggung, yang dibawahnya terdapat kola...

Tentara yang malang

Image
gambar diambil dari: fineartamerica.com Oleh: Raja Cahaya Islam Suara burung hantu terdengar jelas di tempat Fred berdiri. Bagaimana mungkin ia tak mendengarnya, Fred sedang berada di dalam hutan ketika binatang nokturnal mulai melakukan aktifitasnya. Ia terpaksa memasuki hutan karena perintah komandannya. Gemuruh sesekali terdengar. Malam ini, bulan sama sekali tak tampak, karena awan gelap sedang menyelimuti seluruh langit. Tapi kondisi ini tak mengherankan bagi Fred, karena ia baru saja paham mengapa hutan ini diberi predikat ‘hujan’ oleh masyarakat. Malam ini, Fred seolah-olah buta. Hutan ini begitu gelap. Bahkan ia tak bisa melihat ibu jari tangannya. Menyalakan senter pun merupakan upaya bunuh diri, karena musuh akan menemukan Fred dengan mudah. Fred hanya bisa mengandalkan kilatan cahaya petir. Jadi, ketika gemuruh dan kilatan petir datang, maka itulah saatnya bagi Fred untuk bergerak dari persembunyiannya—seperti semak-semak, batu-batu besar atau batang pohon. M...

Tangis sang Korban

Image
Oleh: Raja Cahaya Islam Beberapa waktu yang lalu, aku sedang berjalan menuju hotel. Aku baru saja pulang menyelesaikan beberapa urusan bersama temanku, di sebuah restoran yang tidak jauh dari hotelku. Dalam perjalanan pulang, tepat sekitar pukul 8 malam—tempat dimana peristiwa yang yang menggemparkan itu terjadi—jalan yang aku lewati sedang dalam keadaan ramai. Banyak orang yang berlalu lalang di sekitarku. Mereka terlihat sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Wajar saja, banyak toko berjajar di sekitar sini, mulai dari toko mas, toko pakaian, dan perkakas yang persis berada dijajaran sebelah kananku. Dan di sebrang trotoar—dimana tempatku menyusuri jalan—terdapat beberapa toko roti, toko buah-buahan, dan bermacam-macam toko lainnya. Di sebrang jalan, aku melihat seorang perempuan, yang kurang lebih berusia 30-an, menggandeng seorang anak perempuan yang menangis, dengan tangan kanannya; sedang tangan kirinya menggenggam beberapa kantong plastik. Leher perempuan itu dilil...

Melankolia yang menjemukkan

Image
gambar diambil dari:  inspirationfeed.com Oleh: Raja Cahaya Islam “Aku membenci melankolia” demikian gumamnya dalam hati. “para melankolia, yang sok membicarakan cinta, tak lain dari kemalangan dan dekadensi yang paling nyata! Mengapa mereka tak berani untuk mengafirmasi hidup yang absurd ini?” Mendung. Semua orang memanggilnya demikian. Karena, prilakunya yang begitu suram dan menyebalkan bagi setiap orang. Ia adalah sosok soliter. Ia senantiasa menyendiri, pesimis dan begitu menolak kelemahan. Namun, ia mencintai manusia. Ia sangat menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Hari Rabu ini, di sore yang deras, air-air jatuh menghujam aspal hitam yang baru saja tadi siang mengepulkan asap karena dipanggang bola api yang sangat panas. Tak hanya aspal yang menjadi korban, Mendung pun demikian. Ia sedang berjalan di samping trotoar jalan raya. Jaket, celana jeans, sepatu kate nya kini basah kuyub diserang air hujan yang tak memiliki rasa ampun. Tangannya...

Sisipus, Groundhog Day dan Kesia-siaan

Image
gambar diambil dari:  fellowsjill.wordpress.com Oleh: Raja Cahaya Islam Aku pikir kita hidup layaknya Sisipus. Kita hidup dalam kesia-siaan. Kita hidup dalam ketakbermaknaan. Mengapa aku berpikir demikian? Mula-mula, kita jabarkan terlebih dahulu, bagaimana nasib dari Sisipus. Sosok Sisipus yang kumaksud adalah sosok yang dipakai oleh Albert Camus, untuk mencerminkan kehidupan kita. Nasib Sisipus cukup malang, bahkan sangat malang. Ia dihukum oleh para dewa, karena telah mencuri sesuatu. Ia dihukum untuk mendorong sebuah batu besar ke atas gunung. Naas, upaya yang dilakukan oleh Sisipus selalu sia-sia. Karena, setiap batu besar tersebut sampai di puncak gunung, batu tersebut akan kembali menggelinding ke tempatnya yang semula; bahkan begitu seterusnya, selamanya! Bayangkan betapa Sisipus hidup dalam suatu kesia-siaan. Aku pikir kita butuh contoh dalam menggambarkan sosok Sisipus. Film Ground Hog Day, merupakan film yang cukup menggambarkan sosok dan nasib Sisipus. Dalam ...

Tuhan, ‘siapakah’ diantara dirimu yang benar? (Bagian I)

Image
Oleh: Raja Cahaya Islam gambar diambil dari:  lcministries.org Bagi orang beragama, Tuhan adalah sosok yang tidak bisa tidak mesti diperhitungkan di dalam kehidupan. Karena, Tuhan dianggap sebagai ‘tempat’ bermula dan berakhir. Ia adalah sosok yang dipuja-puja bagi manusia beragama. Ia adalah zat yang mesti disembah oleh seluruh manusia yang percaya kepadanya. Kehidupan kita tak lain dari pemberian-Nya, atau mungkin sebagai titipan. Karena alasan inilah kita memuja dan menyembah-Nya. Namun, bentuk penyembahan kita kepada-Nya, bukan berarti kita memberikan apa-apa yang patut Ia terima dari kita. Mungkin, orang akan berkata, bahwa kita laiknya seorang yang berhutang. Kita diberi suatu pinjaman oleh sang Empunya. Sehingga kita mesti dan wajib membayar apa-apa yang telah dipinjamkan kepada kita. Tapi, aku tidak berpikir sesederhana itu. Aku pikir, kita benar-benar tak ‘membayar’ apapun kepada-Nya. Mengapa? Karena jika kita benar-benar membayar kepada-Nya, maka kita telah memb...