Posts

Showing posts from January, 2018

Siapakah kau?

"Siapa kau?" Tanyaku padamu "Aku adalah kau" jawabmu "Tapi aku belum pernah berziarah" "Aku adalah ziarahmu" bisikmu Gemintang di langit turun ke bumi Bersujud mengucap tasbih pada tanah Membakar setiap atma "Aku adalah gemintangmu" kau mengingatkan Langit merebah Dalam nadi peziarah Menampik setiap jiwa yang menyerapah "Aku adalah sukmamu" kau memperingati Daun-daun berdansa dalam liukan angin Mengikuti hentakan nada-nadanya Menyapih setiap cerabih "Aku adalah harmonimu" kau merayu Cahaya membatu di atas aras Membuncah setiap renung Melibas setiap hayat "Aku adalah terangmu" kau mengujar "Jadi siapakah kau" tanyaku lagi "Aku adalah kau" jawabmu "Kini aku telah berziarah" "Aku adalah telahmu" 28 Januari 2018

Kasih Ayah Sayang Ibu

Suatu ketika seorang ayah mengucap Sabda pada anaknya "Nak, kemari akan aku beri kau kegetiran, disertai riak-riak takdir yang tak pernah tercandra" "Aku titipkan kau sepalung luka dan asa" "Ditambah sebekal duka dan cita" Dalam keserentakannya, Ibu menghampiri lalu mengucap Sabda juga "Nak, kemari akan aku beri kau pusaran Cinta, disertai gelombang kasih yang tak terperi" "Aku titipkan kau seikat cita dan kedipan karsa" "Ditambah Sebongkah Nafas dan Darah" Syahdan mereka menenun aku Dengan jemari yang meluruh Lalu mendulang aku Dengan lengan yang lepuh Hingga tercipta aku Sang Peziarah horizon tak bertepi Penghasrat Cinta Penabur luka Ayah dan Ibu, bersama-sama mengucap "Kun" Lalu senyum merekah Kemudian "Fayakun" "Amin" ucap Tuhan dan Malaikat Bumi menghampar, aku menggelepar dalam lautan Kasih dan Sayang 24 Januari 2018

Kata dan Makna

Pada mulanya Kata Berakhir Makna Mencipta tanda Menyapih luka Kata tak berucap Makna Tapi Makna menubuh dalam Kata 8 Februari 2018

Fragmen #48 Sunyi

Kawan sejatiku adalah malam. Sahabat karibku adalah lampu jalanan. Saudaraku adalah kesunyian dan kesepian. Mereka selalu menyeka air mata, meskipun tanpa lengan dan tisu. Namun, belaian mereka begitu hangat, terasa di kedua pipiku yang basah. Semilir angin selalu menghiburku, dengan bunyi siulan merdu, yang mereka mainkan ketika tahu bahwa tangisku tercekik di kerongkongan. Nyanyian mereka meredam kegundahan dan keresahan, akibat luka dari dunia yang kian hari makin menyiksa. 21 Januari 2018

Sang Penunggu Rindu

Entah sampai kapan rindu terkekang Dalam garis takdir yang melintang Terikat imaji dan bayang-bayang Dalam sukma yang melayang Sang perempuan menunggu rindu Dengan rona wajah yang sendu Menunggu takdir dengan pilu Meratap asa dengan ragu Sang perempuan menghampiri Ditemani gelisah yang tak terperi Ia tak ingin jadi bidadari Hanya berharap untuk dicintai Sang perempuan enggan dipetik Dengan tangan-tangan yang licik Apalagi hati yang picik Karena ia bukanlah putik Entah sampai kapan rindu ditahan Di sudut ruang kehampaan Dalam bayang kealpaan Mungkin ini kehendak Tuhan 19 Januari 2018

Surat Untuk Layla

Untuk Layla, yang tak kunjung datang: Layla, aku menghampirimu hari itu, dalam imaji lautan mimpi, yang tak pernah seorang pun menjamahnya. Tepat di hari gelap yang muram, kau berdiri tepat di tengah ruang hampa, menatap nyinyir kehidupan dengan wajah merona, menyibak misteri dengan sorot mata kebisuan. Namun kegelapan dan kealpaan, tak mampu memudarkan cahaya dan terik kehidupan yang senantiasa memancar dari balik jubahmu. Kau memasang wajah getir, karena kasihan terhadap semesta yang selalu meminta-minta sebagian parasmu. Mereka iri kepadamu, karena aku tak kuasa menghentikan hasrat untuk menyatu denganmu. Tidak, aku tak pernah ingin memilikimu Layla, aku hanya ingin bersatu denganmu. Aku tak ingin merenggutmu dari dirimu sendiri, sekalipun dengan mengatas namakan cinta. Kau adalah Mawar. Memetikmu berarti membunuhmu, membuatmu layu, membuatmu sekarat. Aku hanya menghasrati titik entropi antara kau dan aku. Kau dan aku takkan mungkin menjadi kita, karena kau sendiri adalah aku. A...

Persenggamaan Cipta

Pria bertanya pada Tuhan "Mengapa kau mesti berucap? Hingga akhirnya aku menjadi?" Tuhan tak menjawab, ia hadapkan Perempuan padanya Tuhan menyulam bunga di samping Perempuan Pria menguntai ucap di hadap Tuhan "Apa yang Kau kehendaki?" Tanya perempuan "Jahitan kata dan bunga" jawabNya Di sela jentikan takdir Cinta tersungkur Menyusur Pria Mengalur Perempuan Pria mencerabih Perempuan menyapih Mereka menguncup Menjadi aku 24 Januari 2018

Fragmen #47

Puncak Kecemburuan Tuhan Waktu menari-nari di atas galaxy Menyusuri lekukan tubuh orbit planet-planet Meliuk-liuk mengikuti lambaian api matahari Melompat-lompat bersama meteorit Sang Ruang cemburu pada waktu Tak bisa ikut dansa dengan semesta Hanya bisa meratap Tak bisa bergerak dengan wajah nanap Tarian waktu terhenti ia tiba-tiba kaku tubuhnya tiba-tiba keram Ia lupa kau hadir menonton Sang Ruang kaget dan berhenti cemburu ia merasa lancang "Ini bukan saatnya" ia menggumam ia lupa kau hadir menatap Ruang dan waktu berpusing mendekat menautkan mulut mereka satu sama lain menyatukan tubuh mereka lalu melebur menuju engkau "Tak ada yang bukan milikmu" "Tak ada yang bukan kau" "Tak ada engkau selain engkau" Kredo itu didengungkan oleh semesta berulang-ulang Tuhan cemburu pada ruang dan waktu Karena telah memalingkan wajah mereka kepadamu Tapi Ia tak berkutik Tapi Ia hanya diam membisu Kemahaan Tuhan luruh satu persatu...

Fragmen #46 Mengejar Layla Bagian Vi

Aku melihatmu di ujung sana. Kau tengah asyik di antara hingar bingar kebimbangan. Kau nampak sedang asyik bercengkrama dengan gelap, menggauli bayang-bayang. Kau nampak menari-nari, tertawa, lalu melompat melewati dimensi-dimensi. Kau masih di sana, bahagia dikelilingi oleh sihir-sihir arkaik, yang menggelitikmu di setiap lantunan musik satanik. Aku di sini, hanya mampu menatap bahagiamu Layla. Layla, seandainya aku di sana, aku akan menjadi lawan tarianmu. Mengapa lawan? Karena kau memang tak butuh seseorang untuk mengikutimu, kau hanya butuh lawan, untuk menyeimbangkan tarian kosmikmu. Takkan ada keseimbangan, jika satu di antara dua dimensi dunia hilang, laiknya takkan ada arus air tanpa riaknya, laiknya takkan ada laut tanpa goyangan ombak. Layla, kau nampak kesepian, masih rindukah kau denganku? Setelah sekian lama kita tak jumpa, hari ini kau sedang menggandrungi kegelapan. Tapi, kau masih tetap malaikatku. Malaikat yang riang, malaikat yang mampu tahan menghadapi absurditas da...