Posts

Showing posts from December, 2017

Mimpi

Aku bermimpi mendonorkan organ tubuhku, yakni lenganku, kaki sampai paha. Entah mengapa aku mendonorkan beberapa organku. Tapi dalam mimpi itu, aku punya anggapan bahwa organ-organ itu dapat tumbuh kembali. Selain itu rambut di kepalaku pun dicukur oleh kawanku yang bernama Galah, yang mana ia baru saja membuka salon. Di mimpi itu lokasi donor organku terletak di pesantren lamaku, yakni pajagalan. Menariknya, aku melihat di antara pohon-pohon itu beberapa simpanse, dan beberapa diantaranya membawa pistol mainan. Lalu, terdapat Yuris yang bertanya apa yang dimakan simpanse itu  lalu Galah menjawab bahwa mereka memakan para monyet. Dan aku melihat guruku dulu di pesantren, yakni bu Millah. Dan belau di sana berkata bahwa para simpanse itu berevolusi dari kera. Dan ada seekor simpanse yang masuk ke dalam kelas, membawa mainan pistolnya, dan mereka tiba-tiba berbicara dengan bahasa aneh. Dan di mimpi itu, aku malah mengundang mereka kembali untuk masuk ke kelas yang aku diami saat ...

Jalan-jalan ke Taman Sari Bandung

Sebenarnya saya bukan orang suka jalan-jalan, atau pergi kentempat jauh. Saya lebih menyukai diam di rumah, dan menghabiskan hari dengan membaca buku, menonton film atau memainkan permainan di gawai saya. Entah apa sebabnya sehingga saya begitu malas untuk pergi ke luar rumah. Jadi wajar saja, jika kawan-kawan menyebut saya si anak rumahan. Tapi, barangkali bukan anak rumahan juga sih , karena saya pun sering pergi ke luar. Mungkin memang agak sedikit kontradiktif ketika di awal saya bicara bahwa saya tak suka ke luar rumah. Misalnya ke kampus, atau ke tempat kos-kosan kawan-kawan kampusku. Barangkali, lebih cocok jika dikatakan bahwa saya lebih nyaman 'berdiam diri' di tempat-tempat yang biasa saya kunjungi. Zona nyaman tepatnya. Jika kalian coba memperhatikan keseharian saya, maka kalian akan tahu pola gerak saya. Dan saya juga yakin, kalian akan merasa bosan jika kalian melakukan persis apa yang saya lakukan; itu juga mungkin, karena mungkin juga ada yang memiliki pola yang...

Fragmen #46 Jangan-jangan

Jangan-jangan proletariat sudah tak ada, Rakyat kecil tertindas telah sirna, Petani-petani tak pernah kehilangan lahannya, Singkat kata eksploitasi cuma fatamorgana, Jangan-jangan penggusuran itu cuma kata yang tak bermakna, Pemerintah otoriter cuma hantu, Sistem hukum yang menindas cuma dongeng, Impian orang-orang cengeng, Jangan-jangan surga sebenarnya bukan ada di langit sana, Bumi ini, Justru adalah surga itu sendiri, Sumber dari segala kenikmatan dan kebahagiaan, Jangan-jangan neraka itu tak pernah ada, Cuma omong kosong, Bualan orang-orang pesimis, Yang takut menghadapi dunia ini, Jangan-jangan kita sebenarnya tak pernah terpenjara, Semua siksaan ini, Semua deraan kesakitan ini, Hanyalah mimpi di siang bolong, Sayang sekali itu semua cuma jangan-jangan, Tapi jangan-jangan yang kita bicarakan itu bukan jangan-jangan, Meskipun jangan-jangan pun bisa jadi cuma jangan-jangan bagi jangan-jangan yang lain, 21 Desember 2017

Fragmen #45 Menyuap

Para hamba berduyun-duyun mengantre di istana kuasa, Mereka membawa nasib dan takdir, Mereka ingin menghadiahi para tuan, Ingin memelintir lidah tuan, Tapi para hamba masih dipecut, Masih diludahi, Masih diinjak, Tanpa ampun sedikitpun, Tanpa rasa iba yang mestinya ada di jiwa para tuan, Ada cerita lain lain kawan, Para pesugih berduyun-duyun mengantre di kuil keramat, Mereka membawa keputusasaan dan harapan, Mereka ingin menghadiahi para penunggu, Ingin memelintir kutukan tuan, Tapi para pesugih masih dirasuki, Masih disambet, Masih ditakut-takuti, Tanpa iba, Tanpa rasa kehantuan,

Fragmen #44 Akulah Sang Kebenaran

Aku tak pernah hidup dalam dunia yang dihuni oleh orang-orang lemah. Aku hanya sudi hidup diantara orang-orang yang telah melampaui kediriannya. Aku tak pernah pantas hidup dalam dunia kecambah yang tak hidup dengan cepat. Karena, aku begitu terhormat. Aku terlalu bermoral. Aku terlalu jenius.  Orang-orang lemah dan dekaden, memang pantas untuk dimusnahkan. Memang patut untuk dikurbankan di atas altar kematian. Mereka wajib untuk dibakar hidup-hidup, di bawah panji kemunafikan yang mereka elu-elukan. Ah, semua ini hanyalah permainan belaka, bagi sang penakluk dunia. Bagi sang aristokrat yang mampu melampaui segala realitas, yang dirasa menghambat bagi orang-orang rendahan dan miskin. "Semua ini hanya impian" begitulah ungkap pendeta-pendeta pengkhotbah kebenaran. Ketika mendengarkan ucapan itu, kita hanya perlu membiarkannya, karena ia akan terpanggang dengan sendirinya. Melebur dalam kenistaan dan kehinaan yang tak terperi. Mereka ini, orang-orang yang mengaku sok suci ak...

Fragmen #43 Struktur dari Neraka

Apa yang menyebabkan suatu hal menjadi dirinya? Kebebalan, Apa yang menyebabkan suatu hal menjadi selain dari dirinya, Kecemburuan, Apa yang menyebabkan suatu hal menjadi bukan dirinya? Kebencian, Semua ini adalah gerak yang tak berkesudahan, Semacam kemenjadian yang tak pernah tertangkap, Tak pernah terjaring oleh konsep-konsep metafisika apapun, Atau pun tunduk oleh rasionalitas, Absurditas tiba-tiba hadir begitu saja, Mencaplok apa pun yang dianggap suci, Mematahkan segala sum-sum dan sendi-sendi kemunafikan, Dan hal-hal yang dianggap merajai alam raya ini, Seluruh negasi dan positifitas ini mesti diafirmasi, Mesti dijadikan suri tauladan, Bagi orang-orang yang hendak menyusuri jalan spiritualitas, Sampai kapanpun jalan ini akan tetap profan, Sampai kiamat pun jalan ini akan tetap sakral, Tak ada yang bisa menolong, Tak ada juluran tangan, Yang ada hanyalah duri-duri yang dapat menusuk seluruh kebenaran, Menguliti kulit-kulit keadilan, Tak ada yang mampu mend...

Fragmen #41 Tentang Mencintai Hidup

Aku mencintai manusia yang mencintai kehidupan, bukan manusia yang menolak hidup, dengan mengatas namakan realitas adi-duniawi. Manusia pecinta hidup ini begitu anggun, tangguh dan afirmatif terhadap dunia ini. Mereka berani, bukan pengecut laiknya manusia-manusia dekaden pemuja transendensi dan supranatural. Terlalu banyak manusia tolol yang menganulir dunia ini, dunia konkret ini, dunia kontradiktif ini. Ah, mereka hanya para penyembah realitas delusional, pantas saja begitu. Namun anehnya mereka bangga dengan hal itu, bahkan memujanya. Mereka bersedia diperbudak oleh konsepsi mereka sendiri. Mereka patuh. Mereka bahkan tak bersaya jika konsepsi itu dihilangkan, atau digoncangkan. Dengan berani aku katakan, mereka adalah orang-orang yang bodoh dan munafik terhadap realitas. Mereka adalah peselingkuh sejati, karena mereka lebih mencintai konsepsi yang ilusif mereka sendiri, ketimbang mencintai kehidupan atau realitas itu sendiri. Mereka hanyalah orang-orang sadistik, yang begitu lema...

Fragmen #42 Engkau

Waktu pun berhenti, Segalanya berhenti, Air-air hujan yang asyik terjun pun berhenti di tengah kejatuhannya, Desir angin pun sontak berhenti, Kecuali cahaya, Cahaya masih bergerak, Membiarkan diri mengada dan bergerak dalam proses, Karena cahaya membiarkanku melihatmu, Parasmu masih paras keabadian, Membuat raja-raja berdecak kagum, Mengilhami para penyair, Mencerahkan orang-orang kafir, Tatapan matamu selembut sutra, Sutra yang tak pernah dijahit ulat, Tapi sutra yang ditenun oleh tangan-tangan malaikat, Tenunan yang tak akan pernah mampu ditiru oleh Jenius manapun, Kemisteriusan itu masih membalut tubuhmu, Kerahasiaan eksotik itu masih memoles jiwamu, Kristal yang berwana hitam itu masih bermukim dimatamu, Semburat senja masih dipelupuk matamu, 18 Desember 2017

Fragmen #40 Mayat Hidup Pahwalawan Tanpa Tanda Jasa

Mayat hidup sedang berpidato, Di atas panggung peradaban, Banyak hadirin menyimak, Mereka d iam dan pasif, Semua penonton itu duduk dengan rapi, Mata mereka nanap, Tubuh mereka kaku, Tak berdaya, Mayat hidup itu melenguh, Menggeram laiknya orang parau, Suaranya begitu tak jelas, Nada bicaranya sumbang, Para penonton masih diam, Memerhatikan dengan seksama, Meskipun sia-sia, Meskipun tak bermakna, Mayat hidup itu ingin agar semua penonton menjadi sepertinya, Bahkan mampu melampauinya, Melenceng dari jalan kemayatan merupakan pengkhianatan, Merupakan bentuk penyelewengan, Semua penonton mesti tunduk, Mereka mesti patuh, Laiknya budak-budak yang tak memiliki kehendak bebas, Karena kehendak bebas adalah dosa besar, Para penonton itu sebenernya manusia, Namun mereka dipaksa menjadi mayat hidup, Dipaksa menjadi daging tak berjiwa, Dituntut untuk mati dalam kehidupan 16 Desember 2017

Fragmen #39 Rakyat Cinta Tuan

Suatu ketika para rakyat nampak sedang menelanjangi diri, Mereka menguliti kulit-kulitnya, Meremukan tulang mereka satu persatu, Lalu memerah darah-darah mereka sampai habis, "Bekerja itu sangat baik saudara-saudara ku. Menganggur adalah penyakit. Maka bekerjalah dengan sungguh-sungguh " ujar sang tuan, Wajah-wajah malang itu bekerja seharian, Dibuat lupa ruang dan waktu, Dibuat amnesia, Syahdan rakyat-rakyat itu disuruh memakan tainya sendiri, Meminum dahaknya sendiri, Menjilati telapak kaki mereka laiknya es-krim, "Bukankah ini adil? Itulah upah bagi kalian saudara-saudaraku", "Aku jamin, bahwa kalian akan memakan tai kalian hari ini dan seterusnya", "Aku jamin, bahwa kalian akan meminum dahak dan ingus kalian", Begitulah ucap sang tuan Rakyat-rakyat itu kelu mendengarnya, Takjub akan kebaikan sang tuan, Lalu para rakyat pun berpesta pora akan upah dan jaminan yang mereka dapat, Dan mereka berdoa agar sang tuan diberi kemuliaa...

Fragmen #38 Sindiran Bagi Zaman Edan

Mencitai kebiadaban adalah kemuliaan, Ketundukan kepadanya akan meningkatkan derajat kemanusiaan, Barangkali itulah yang diinginkan manusia hari ini, Semakin keji maka semakin terhormatlah kita, "Sayangilah para pembunuh dan perampok" ujar Nabi-nabi kontemporer itu, Sang Nabi bosan dengan dakwah tentang kabar baik, Mereka lebih mencintai kebusukan dan kebanalan, "Pesta orgy lebih baik daripada Uzlah " mereka berujar Apakah ini semacam kegilaan? Tentu saja bukan, Ini adalah bentuk-bentuk penyucian diri model tebaru, Dengan inovasi kejahatan dan kenelangsaan Kini para Nabi setiap hari menyanyikan doa kematian, Lalu melantunkan tasbih kepada orang-orang tolol, Para pengikut Nabi dituntut untuk menyembah berhala, Tunduk pada hasrat yang rendah Fungsi kitab suci tak lebih dari pembersih pantat, Tak lebih suci daripada tisu toilet, Tak lebih indah dari ingus, Kitab suci hanyalah naskah drama bagi orang-orang neurotik Mencintai kejujuran adalah sebenar-...

Fragmen #37 Iri

Kini langit tak lagi di tempat tinggi Mereka bermigrasi ke daerah rendah Kini tumbuhan tak lagi memproduksi oksigen Mereka kini menjual karbondioksida Kini Matahari tak lagi panas Ia lebih mencintai dingin dan kebekuan Kini Bulan tak lagi muncul di malam hari Ia bosan mesti begadang melulu Kini Tuhan enggan memiliki hamba setia Ia ingin dididuakan, Kini Iblis tak lagi berbuat maksiat Kini ia sibuk membantu nenek-nenek menyebrang jalan Mereka semua iri kepada manusia Yang bisa berbuat apapun semaunya Mereka ingin menjadi manusia Yang mampu lupa akan dirinya 7 Desember 2017